Japan · Review · Traveling

Berburu Makanan Halal di Jepang

20180410_123630.jpg

Hai minnasan….tahukah kalau makan di tempat yang minoritas muslim itu sangat susah? Jangankan untuk mencari label halal, mengetahui mana halal dan haram saja harus rela berkorban waktu untuk bertanya-tanya dulu. Belum lagi kayak kejadian tak terlupakan karena dapat suguhan tari perut tak terduga.

Perjalanan saya ke Jepang kemarin singgah di beberapa tempat seperti Osaka, Ueno, Tokyo, Miyajima dan beberapa tempat transit yang saya lupa namanya. Adakalanya saat kami betul-betul kelaparan harus mau berpayah-payah dulu menahan lapar demi mencapai tempat makan yang jelas.

Nah, buat kawan-kawan yang kebetulan mau jalan ke Jepang mungkin beberapa tempat ini bisa jadi rekomendasi buat kalian biar ga sampai kroncongan perutnya kayak kami. Murni rekomendasi ya ini ga pake dibayar hehe…. Tapi sebelumnya kalau mau praktis kalian bisa instal aplikasi yang menurut saya sangat berguna yaitu aplikasi Halal Navi atau Halal Japan. Bisa didownload gratis di playstore. Sudah siap menjelajah tempat terekomendasi dari saya? Yuk simak!

1. Konbini

170px-7-eleven-brand-svg

Konbini alias mini market semacam Seven Eleven, Family Mart, atau Mini Stop merupakan tempat terekomendasi paling murah dan gampang menurut saya.

Di sevel kita bisa menemukan yang namanya onigiri alias nasi kepal. Meskipun tidak hangat tapi setidaknya onigiri di sini bisa menjadi salah satu solusi buat kita yang lagi jalan tapi malas mapir-mampir makan. Yang jadi catatan adalah bagaimana cara kita memilih onigiri yang bisa dianggap “aman”. Biasanya saya menggunakan aplikasi Halal Japan yang setidaknya lebih lengkap memberikan informasi status kehalalan produk.

Ada beberapa onigiri yang biasanya dibeli di Sevel maupun konbini lainnya, seperti tuna mayo, udang dan plum. Selebihnya mending jangan dimakan. Onigiri isi udang juga harus agak hati-hati karena suka ada kandungan alkoholnya. Maka dari itu, status kehalalan onigiri bisa berbeda setiap prefekturnya karena yang memproduksinya juga berbeda-beda.

Selain itu, ada juga kue moci. Nah kue ini juga harus hati2. Karena ada beberapa moci es krim yang sekarang sudah ada campuran gelatin dan shorteningnya. Kebanyakan gelatin di Jepang berasal dari hewan, mau itu sapi, ayam ataupun babi. Nah sapi dan ayam kenapa jadi ga boleh? Kan ga ada jaminan halalnya jadi ya daripada mudhorot mending ga usah dibeli ya teman-teman.

2. Saizeriya

saizeriya-logo

Karena asalnya dari italia, tentu menu yang disajikan disini merupakan menu italia. Jadi paling ga ada kentang goreng. Mengenai sertifikat halalnya tentu saja ga ada. Tapi kita bisa bertanya pada pelayannya soal tempat masak mereka. Waktu itu kami tanya ternyata tempat buat menggoreng kentang itu khusus dan minyaknya nabati.

Selain itu juga ada menu seafood yang insyaAllah ga ada campurannya. Ini sih solusi saat kepepet kalau jauh dari tempat makan yang ada halal sertifikatnya. Kalau teman-teman ragu ya sudah tinggalkan saja. Tapi restoran ini muncul loh di Halal Navi (Pas saya lihat lagi pada tahun 2021, ternyata statusnya sudah dihapus). Update terus informasinya ya teman-teman.

20180331_200351

3. Sumiyakiya Nishiazabu (Minato, Tokyo)

sl001

Ini restoran yang cukup terkenal di Tokyo. Ada merek halalnya juga di luar. Kalau teman-teman sedang berada di kawasan Roponggi, dekat sekali untuk mencapai tempat ini. Kalian bisa melakukan reservasi dulu kalau takut antri lama.

map

Jika teman-teman ada di kawasan Mori Tower jalan saja sebentar ke arah kanan. Lalu nyebrang dan ambil kanan. sampai ketemu lampu lalu lintas. Nah Sumiyakiya ga jauh dari situ. Paling praktis lagi pakai google map.

4. Hanasaka Ji-San (Shibuya)

20180410_123630

Penikmat shabu-shabu jangan khawatir karena ada restoran Jepang yang sudah ada sertifikat halalnya. Hanaka Ji-San. Tempatnya pinggir jalan. Namun jalan masuknya memang agak sempit dan bagi penyandang difabel pasti kesulitan makan disini. Saya dan keluarga makan disini dan ga gagal alias UENAAAAAK…..Alhamdulillah. Pelayannya cepat. Namun satu saja yang kurang, tempat yang disediakan untuk pemesan makanan halal terpisah dan hanya satu ruangan saja yang seadanya. Jadi kalau ada dua keluarga muslim yang datang berbarengan ya harap antri dulu. Alamat lengkapnya tempat ini saya ambil dari matcha-japan.com

Hanasaka Ji-san Cabang Sakuragaoka

Alamat : Gedung Sakuraya lt. B1F, 3chome-22, Sakuragaoka-cho, Shibuya-ku, Tokyo-to.
Jam kerja : Senin-Jumat. Lunch: 11.30-15.00, Dinner 17.00-00.00
Stasiun terdekat : St. JR Shibuya
Akses : Jalan kaki 3 menit dari pintu barat St. JR Shibuya
Rentang harga : 4.000 yen- 5.000 yen
No. Telp : 03-3496-7777
Website resmi : Hanasaka Ji-san cabang Sakuragaoka

20180410_122550.jpg

5. Naritaya Asakusa (Asakusa)

Tidak jauh dari pagoda Sensoji, kita bisa menemukan restoran ini di kawasan Asakusa 2-7-13, Taito, Tokyo. Pas di jajaran kios-kios. Waktu saya ke situ, pelayannya asli orang Indonesia. Ada tempat shalat dan toilet. Yang uniknya lagi adalah minum air putih yang disajikan dalam teko besar persis kayak di warung-warung makan indonesia.

Harga makanannya juga lumayan murah menurut saya. Ada pilhan miso ramen, ramen spesial dengan taburan topping yang lumayan banyak dan juga camilan kayak pastel yang saya lupa namanya. Banyak loh pengunjung restoran ini dari Indonesia. Jadi saat makan disini jangan heran kalau banyak mendengar percakapan berbahasa Indonesia bahkan daerah sekalipun.

6. Ali’s Kitchen (Shinsaibashi, Osaka)

Nah ini restoran yang ga terlupakan. Di saat perut kami adu musik keroncong luar biasa di Osaka, badan lemah, kaki pegal gegara pengen foto di Glico Sign yang manusianya padet minta ampun. Ketemulah kami dengan tempat ini. Tempatnya ada di lantai B1, lokasinya di Chuo-ku, Shinsaibashi Suji 1-10-12 B1, Osaka Jepang. Saat masuk sudah banyak yang antre. Malah dominannya penduduk asli Jepang.

Hm….ternyata penikmat makanan halal ga cuma muslim loh. Dan juga restoran Ali yang notabene adalah restoran masakan Pakistan dan Arab ini memang menyuguhkan makanan yang uenakkk dalam porsi besar. Hm….saya pengen banget nambah nasi biryani plus kambing bakarnya yang enyaakk…tapi langsung sadar kalau itu hanya nafsu sesaat (hahaha…pulang masih kepikiran loh ini).

Pemiliknya juga sangat ramah. Asli Mesir namun sangat fasih berbahasa Jepang. Bahkan Ali, si pemilik, mampu berbahasa Indonesia meskipun sedikit. Dipamerkannya foto Ali bersama Ustadz Yusuf Mansur. Haha…UMY sudah pernah makan disini rupanya. Ada juga label Trip Advisor yang menandakan bahwa tempat ini memang jadi tujuan para traveler.

7. Nefertiti Tokyo

20180408_204408.jpg

Ini juga salah satu restoran yang ga terlupakan. Selain karena bentuk bangunannya yang meliuk khas simbol mesir, kami juga mendapat pengalaman luar biasa yang susah dilupakan.

Ceritanya waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan kami baru pulang ke Minato dalam keadaan perut kosong. Otomatis kami pun mencari restoran halal terdekat. Ternyata Sumiyakiya tutup dan hanya restoran ini yang buka. Tanpa pikir panjang adik saya masuk dan langsung terkaget-kaget saat melihat seluruh isi restoran menatap dengan keheranan. Akhirnya adik saya keluar lagi sambil memastikan bahwa restoran ini yang dimaksud oleh Halal Navi dan ya memang betul. Mama saya yang di kursi roda waktu itu karena kelelahan sudah menyerah dan bilang masuk saja. Akhirnya kami bertiga masuk.

Awalnya pelayan bilang tidak ada kursi kosong tapi akhirnya pemilik restoran meminta kami masuk dan mempersilahkan kami di salah satu meja paling sudut. Setiap meja dipisahkan oleh tirai mirip di film-film kesultanan Mesir. Akhirnya muncullah pelayan pria yang mengabarkan bahwa sebetulnya malam itu adalah malam khusus anggota restoran yang sudah pesan sebelumnya dan akan diadakan tari perut.

Haduuuh….seumur-umur baru kali ini nonton yang tari perut itu saja sambil curi-curi pandang. Ternyata penarinya adalah penduduk asli Jepang. Tapi pemilik restoran asli Mesir. Hm…. apa boleh buat kami sudah kelaparan. Tahan sedikit sambil menunggu makanan yang hendak kami bungkus untuk dibawa pulang. Dan mama saya hanya menyesalkan satu hal. Menu yang pakai nasi hanya ada satu dan porsinya cuiiiiiiliiiiik kali. Sambil bisik-bisik mama saya bilang bisa ga nambah nasinya saja lagi? Hahaha….

20180408_204418
Pose manyun si adik bungu saat lihat menu nasi yang seupriiit wkwkwk….

Ternyata pas kami makan tarian perut itu belum muncul juga dan baru akan kami mulai pas kami siap-siap untuk pulang. Untunglah…dalam hati saya terselamatkan. Si pelayan pria saat menyodorkan bill pada kami senyum-senyum sambil bilang, ” Harom ya ?”. Kita serempak cuma bisa nyengir. Haha……maaf ya pak bukan bermaksud menyinggung.

Tapi kebetulan badan sudah lelah dan malam sekali. Akhirnya kami pun permisi melewati tamu-tamu lain yang lagi asyik masyuk menikmati penampilan. Keluar dari restoran ini, kami bertiga cuma bisa cengar cengir absurd. Halah…aya aya wae. Ternyata kami mengalami juga salah satu Tokyo Underground Story.

Sebetulnya ada banyak sekali tempat makan halal yang bisa teman-teman coba. Tapi 6 tempat di atas tadi adalah tempat yang kami pernah cicipi. Kalau versi teman-teman seperti apa? boleh juga dong dibagi ceritanya :D.

Comments