Opini

Ramadhan ala Generasi 90 an

Alhamdulillahirobbil’aalamiin. Ramadhan masih berjalan dan kita sebagai muslim dan muslimah masih diberi kesempatan dalam beribadah di bulan istimewa ini.

Setiap memasuki Ramadhan, perasaan saya sesungguhnya campur aduk antara bahagia dan haru. Bahagia karena Ramadhan itu bulan dimana semua amalan kita dihitung berlipat-lipat, terharu karena pada akhirnya bulan Ramadhan akan kita tinggalkan. Waktu terus berjalan sambil menjejakkan kenangan.

Bicara soal kenangan, apa yang paling berkesan di Ramadhan? Adakah hal-hal yang membuat kita susah melupakan hal tersebut? Kalau saya, banyaaak 😄. Secara sudah puluhan Ramadhan yang dilalui.

Dalam tulisan kali ini saya akan mencoba mendaftar hal apa yang paling mengesankan dari Ramadhan bagi generasi 90 an seperti saya, yang sepertinya sudah jarang sekali dilakukan pada saat ini. Mulai dari yang mungkin “kurang” bermanfaat sampai sangat berfaedah sekali.

1. Pawai Obor

Zaman dulu pawai obor sangat ramai sekali. Diadakan sebelum mengawali Ramadhan dan setelah Ramadhan berakhir. Peserta paling banyak adalah anak kecil dan remaja. Mereka sangat antusias sekali dalam menyambut bulan suci. Bahkan aktivitas ini seperti rutinitas bagi para remaja dan anak kecil pada masa itu.

2. Bedil Lodong

Di tanah Sunda, Jawa Barat, bedil lodong adalah permainan yang menjadi ciri khas pada bulan Ramadhan. Bedil dalam bahasa Indonesia artinya senjata api. Ini dikarenakan bedil lodong hampir mirip meriam yang bahannya dari bambu. Jadi, zaman dulu di kampung-kampung, anak kecil suka sekali dengan suara petasan, mereka membuat sendiri atau dibuatkan oleh orang tua mereka petasan murah dari bambu. Pada saat bulan Ramadhan sore hari, biasanya bedil lodong ditempatkan sekitar sungai yang jauh dari pemukiman supaya suaranya tidak mengganggu. Jadi, sambil menunggu waktu berbuka, biasanya para orang tua dan anaknya bermain bedil lodong. Suaranya lumayan memekakkan telinga, namun mengasyikkan.

3. Teka Teki Silang

Saya ingat betul kalau aktivitas mengisi teka teki silang tak bisa dipisahkan dari bulan Ramadhan. Bahkan menjadi aktivitas favorit saya bersama almarhumah nenek. Dulu, saking terkenalnya TTS, banyak pedagang saat ngabuburit selalu menjajakkan buku teka -teki silang dengan cover wanita cantik. Jika dipikir saat ini, saya juga tak mengerti kenapa covernya harus wanita cantik ya, padahal bulan Ramadhan. Yang pasti saya merasa isi dari TTS membantu kinerja otak, jauh sebelum permainan asah otak di android ada. Selain sangat bagus untuk latihan otak, TTS juga mampu mengeratkan tali silaturahim. Ada nilai kerja sama di dalamnya demi melengkapi jawaban. Dan yang paling menjengkelkan saat TTS yang dibeli sangat jelek kualitas cetaknya atau tak ada satupun jawaban yang cocok dengan kotak isian.

4. Murojaah Al Qur’an via speaker mesjid

Sesudah subuh atau menjelang berbuka, selalu ada mesjid yang menyiarkan langsung hafalan Al Quran. Jadi, para hafidz dan hafidzah yang notabene masih anak kecil imut itu, selalu diuji hafalannya dan disiarkan lewat toa mesjid. Sangat mengasyikkan mendengar mereka menghafalkan Al Qur’an. Sekarang saya tidak pernah lagi mendengar kebiasaan ini kecuali acara hafiz di stasiun TV swasta.

5. Berburu tanda tangan imam tarawih

Saya tidak tahu apakah kebiasaan ini masih ada atau tidak. Dulu, ada tugas sekolah dimana siswa diberikan sebuah buku panduan Ramadhan yang salah satu tugasnya melengkapi catatan khutbah tarawih dan ditandatangani oleh imam shalat tarawih. Jadi jangan heran jika dulu mesjid sangat penuh dengan anak sekolah yang antusias mendengar khutbah dan rajin ke mesjid untuk shalat tarawih. Mana bacaan saat aamiin juga menjadi sebuah keasyikan sendiri buat mereka sampai bisa teriak keras-keras.

6. Tadarusan bareng

Kebiasaan paling diingat adalah tadarusan bareng setelah tarawih. Jadi, dulu di mesjid-mesjid terumatq di pedesaan, orang yang sudah selesai melaksanakan tarawih tidak langsung pulang ke rumah. Mereka akan melanjutkan “hanca” (baca: penanda tadarusan sebelumnya) sampai pada akhir Ramadhan akan khatam bersama-sama. Jadi, ketika khatam masing-masing akan membawa makanan rumah untuk dibawa sebagai bukaan di mesjid untuk dimakan semua anggota yang khatam qur’an.

7. Buka bersama di mesjid

Salah satu kebiasaan lainnya adalah buka bersama di mesjid. Umumnya, kegiatan ini dipelopori oleh anak karang taruna atau remaja mesjid. Namun, semakin ke sini kegiatan buka bersama di mesjid sangat jarang terlihat. Trennya beralih ke kafe atau restauran. Padahal, jika buka bersama di mesjid kita bisa langsung shalat berjamaah setelah berbuka.

8. Saling mengantar makanan sebelum hari raya idul fitri

Saya ingat betul dengan yang satu ini. Mama saya sangat rajin meminta saya untuk mengantar makanan olahan ke rumah-rumah tetangga.  Waktunya sekitar dua hari sebelum hari raya. Makanan yang diantar biasanya ditaruh di atas tempayan diatas piring atau dalam rantang. Nanti tetangga kita akan mengganti makanan yang sudah dikirim dengan makanan milik mereka. Kayak saling cicip masakan gitu. Saya paling senang kalau di makanan penukarnya ada ladu. Selain merekatkan tali silaturahim antar tetangga, aktivitas ini juga bisa menambah pertemanan dan daftar menu masakan.

9. Rebutan wafer khong guan

Nah ini yang selalu buat rusuh satu keluarga. Biasanya terjadi saat kumpul keluarga besar di bulan Ramadhan sehari sebelum idul fitri. Jadi, khong guan ini dulu sangat terkenal wafernya. Entah kenapa wafer khong guan dulu terasa sangat enak. Jadi, setiap kali kaleng khong guan baru dibuka, hal pertama yang jadi sasaran adalah wafernya.

10.  Timun suri

Buah yang satu ini sangat khas sekali sebagai icon Ramadhan. Setiap bukaan, hampir semua keluarga menyajikan timun suri sebagai minuman buka puasa dicampur dengan sirop marjan. Makanya di pasar tradisional sangat berlimpah.

Jadi, apalagi yang teman-teman ingat dari bulan Ramadhan?

Comments