BPN Ramadhan 2021 · Opini

#15: Aku Ingin Menguasai Bahasa Ini

Gawat! Hanya kata itu yang berputar-putar dalam pikiran saat klien saya memulai obrolan beberapa tahun lalu. Bukan karena konten obrolannya, tapi karena klien saya ini, yang merupakan orang Turki, mencampur bahasa Turki dan bahasa Inggris dengan rasio 4:1! Untung saat itu cuma olah data saja, jadi bisa pakai bahasa yang universal, alias bahasa isyarat wkwkwk….

Sebenarnya, saya suka sekali bertemu dengan orang baru apalagi orang asing. Karena selain jadi mengerti budayanya, juga bisa bertukar pengetahuan dari negara lain. Tapi, ya itu, lagi-lagi kendala bahasa. Mungkin saya masih bisa ok saja dengan bahasa Inggris walau bukan fluent speaker, tapi kalau sudah dicampur bahasa yang baru lagi, mulai deh loading. Yaah, hampir miriplah keadaannya kalau kalian terjebak bersama grup yang ngobrolnya malah lebih sering pakai bahasa daerah yang ga kamu ngerti. Bersemangat, penasaran tapi kesel kan…

Jadi, sejak kejadian bersama klien tersebut, saya mulai giat mencari tambahan bahasa asing. Termasuk bahasa Arab yang sudah dikenal sejak belajar huruf hijaiyah. Jadi bahasa Arabnya lancar dong? Maunya sih begitu ya, tapi sampai sekarang saya masih lebih percaya diri untuk mengakui bahasa Inggris saya lebih baik.

Lantas, saat saya mengenal manga dan kartun Jepang, saya pun ingin sekali bisa menguasai bahasa ini. Ternyata tak semudah yang dibayangkan. Meskipun pelafalannya gampang, bahasa Jepang menuntut kita menguasai huruf hiragana, katakana dan kanji yang jumlahnya banyak. Meski begitu, saya tetap berniat untuk menguasai bahasa ini. Kan kalau ada orang Jepang yang sudah lanjut usia ngajakin ngobrol, saya jadi bisa memberi respon dengan baik. Selama ini, biasanya saat belanja di pasar tradisional Jepang, pasti menghindar terus. Sumimasen, obaasan.

Saat masa kuliah S1, saya pun sudah terpapar demam K-drama, dimana waktu itu drama Janggeum adalah favorit saya. Jadilah Hangeul, huruf Korea, saya pelajari sedikit demi sedikit sekalian dengan bahasanya. Minimal kalau ada satu frasa di drama, saya mengerti. Itu niat awalnya sih hahaha….

Di rumah juga banyak buku bahasa asing lainnya. Contoh bahasa Jerman. Saya suka sekali bahasa ini karena pelafalannya yang konsisten, yang ditulis dan diucapkan sama. Pertama kali mendengar bahasa Jerman seperti ada nuansa gagahnya. Tambahan lagi, penulisan bahasa Jerman ada huruf uniknya. Ini salah satu poin tambahan saat saya ingin belajar bahasa asing.

Kalau di bahasa daerah seperti Sunda ada hanacaraka datasawala yang hurufnya keriting lucu, maka di beberapa bahasa asing juga begitu. Contohnya saja Jerman seperti yang saya sebut tadi, lalu ada Rusia dan Gaelic, bahasa dari Irlandia. Hurufnya lucu dan saya ingin sekali bisa mengerti bahasa tersebut.

Lalu, dari sekian bahasa tadi mana yang sudah bisa dibilang sukses? Hm…bahasa Inggris kali ya, soalnya saya sebagai active user. Jadi sudah bisa membaca, mendengar, berbicara, juga membuat sebuah perunutan dan argumen logis. Sisanya, yah masih diikhtiarkan.

Maklum, keinginan itu bertumpuk tapi usahanya masih kurang :(. Bahasa Arab saja belum ada sepersekiannya dari bahasa Inggris. Padahal kan shalat dan mengaji setiap saat. Hm, minimal masih ada keinginan untuk memperdalam bahasa asing kan. Mungkin masih bisa termaafkan. Ah, saya jadi semangat untuk bisa lancar bahasa ini dalam beberapa tahun ke depan. Ayok sama-sama belajar lebih banyak lagi bahasa. Tentu tanpa melupakan akar bahasa sendiri. Jangan sampai juga bahasa daerah kita jadi bahasa blasteran Indonesia-Inggris dengan kearifan lokal.

Mari budayakan bahasa dengan keasliannya dan pergunakan dengan baik di waktu yang tepat. Ga bagus juga kan berbahasa yang tidak dimengerti oleh lawan bicara atau ada lawan bicara dalam grup yang merasa terasingkan karena tak mengerti semua percakapan? Tentu saja, menggunakan bahasa yang sama adalah bagian dari sikap saling menghargai antar sesama. Makanya, belajar bahasa adalah wasilah untuk berbuat kebajikan lainnya.

Comments