Nature

Kita Enggak Suka Hutan, Tapi….

Status kita mungkin hate-love relationship dengan hutan. Hutan bagi kita mungkin terlalu menakutkan jika untuk dijadikan tempat tinggal. Sejak lahir telinga kita terbiasa mendengar suara TV, cahaya lampu yang terang benderang, kendaraan, orang yang lalu lalang, mall dan berbagai hiruk pikuk kekinian. Jika harus mengikuti apa yang dilakukan Daniel Redcliff di Film Jungle, sehari pun pasti tak sanggup. Di dalam hutan, kita serupa anak kucing rumahan yang dilepas di padang sabana Afrika.

Meski begitu, kita juga menyukai hutan bahkan membutuhkannya. Saat penat memenuhi raga, tempat yang dicari adalah alam dengan suara yang paling murni. Aliran air serupa orkestra dan kicau burung seberisik apapun tak membuat pekak telinga. Di hutan, kita menemukan bahwa pohon-pohon yang menjulang tinggi serupa penjaga bumi. Pernah ga berpikir, mungkin bangsa Ent di Lord of The Ring benar adanya. Kita kan ga pernah tahu, bisa saja kenyataannya para pohon memang berbicara dengan bahasanya sendiri. Dan faktanya, hutan mempunyai peran vital lebih dari sekedar tempat healing.

Apalagi, kita tinggal di Indonesia, yang menurut greenpeace.org mempunyai hutan tropis terluas ke tiga dengan keanekaragaman hayati (biodiversitas) terbesar di dunia. Tentu saja hal ini tidak hanya membanggakan tapi juga melegakan. Negara Indonesia menjadi tumpuan kesehatan paru-paru warga dunia. Ada lagi yang lain? Ada dong.

Fakta Hutan Indonesia yang Membanggakan

Kalian pernah takjub ga sih memikirkan bagaimana Tuhan yang Maha Jenius membuat mekanisme alam ini dengan sempurna? Manusia mengeluarkan karbondioksida dan menghirup oksigen, sementara tumbuhan sebaliknya. Menurut ecotree.green, satu pohon bisa menyerap 25 kg karbon dioksida per tahun. Nah, mengutip dari databoks.katadata.co.id, Indonesia mempunyai hutan seluas 95,6 juta Ha atau sekitar 50,9 % dari total daratan. Maka tak heran, kalau Indonesia menjadi tumpuan negara-negara maju khususnya negara industri penyumbang karbon terbesar dunia karena hanya di Indonesia yang memiliki hutan dengan potensi penyaring udara unggulan.

Tadi juga sudah disebut bahwa hutan Indonesia #HutanKitaSultan memiliki biodiversitas terbesar di dunia. Sebanyak 10-15 % tanaman, mamalia dan burung tinggal dan hidup di hutan Indonesia. Mulai dari spesies yang paling banyak ditemui sampai paling langka ada di hutan Indonesia. Contohnya saja bunga Amorphopalus Titanum alias bunga bangkai, hanya ada di Indonesia. Belum lagi spesies yang masih belum teridentifikasi atau ditemukan.

Sebagai penduduk yang berangkat dari kultur agraris, masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di dekat hutan juga sadar betul tentang kekayaan hutan Indonesia. Selain kayu gelondongan yang menjadi komoditas unggulan hutan, ada juga hasil hutan bukan kayu yang sering dimanfaatkan. Misalnya, madu, rotan, getah, buah beri hutan, bambu, dan sebagainya. Bahkan bambu dan madu berhasil menjadi komoditas ekspor hasil hutan bukan kayu terbanyak pada tahun 2019.

Di samping itu, warga #IndonesiaBikinBangga sangat beruntung dengan adanya hutan. Kita tak perlu jauh-jauh untuk healing dan melepas penat. Dari sabang sampai merauke ada banyak hutan dan pegunungan yang bisa dijelajahi. Tinggal lepaskan status anak rebahan dan mulailah berjalan mengekplorasi hutan. Yah, meskipun ga semua hutan itu cantik. Beberapa bahkan dikabarkan berpotensi rusak.

Ancaman Hutan Indonesia Saat Ini

Semakin luas suatu wilayah, pasti semakin besar tantangannya. Begitu juga dengan hutan Indonesia. Dengan luas hutan tropis yang sangat luas, Indonesia menghadapi tantangan dan ancaman yang sangat nyata. Salah satunya adalah kebakaran hutan.

Luas Areal Kebakaran (Sumber: Katadata.co.id)

Setelah mengalami penurunan kasus kebakaran hutan pada 2020 yang sangat signifikan, kasus kebakaran kembali meningkat pada 2021 sebanyak sekitar 354 Ha. Meskipun bukan sesuatu yang sangat kritis, tetap saja yang namanya kenaikan kasus kebakaran itu membuat kita terpaksa mengelus dada. Sementara kalau melihat data reboisasi hutan dari tahun 2017 – 2019, luasnya tidak terlalu signifikan jika dimaksudkan untuk mengembalikan lagi tutupan kawasan hutan seperti semula.

Luas Hutan yang direboisasi (Sumber: Badan Pusat Statistik-Statistik Kehutanan / diolah)

Dari tutupan hutan yang terbakar lebih dari 1 juta Ha pada 2019, hanya sekitar kurang dari 20 ribu Ha yang dilakukan reboisasi. Padahal upaya ini sangat penting dalam mengembalikan keberlanjutan ekosistem dan juga kondisi lingkungan. Tentu kebakaran hutan ini ga bisa dihilangkan sepenuhnya karena secara alamiah, proses hutan yang terbakar juga terjadi pada saat ada petir menyambar. Dikarenakan berkurangnya tutupan hutan, maka kita perlu mengawasi persediaan air tanah. Kenapa? Karena hutan adalah salah satu sumber utama cadangan air tanah atau air tawar terbesar. Hanya dengan pepohonan besar dan menjulang tinggilah penyerapan air oleh akar pohon bisa optimal.

Selain itu, keberadaan pohon-pohon tersebut menjadi pengokoh tanah supaya tidak longsor. Makanya kenapa, banyak sekali kejadian tanah longsor, tanah bergeser atau banjir saat musim penghujan tiba. Itu karena banyak hutan yang sudah gundul dan resapan air berkurang.

Cara Sederhana Yang Bisa Dilakukan Dalam Menjaga Bumi

Kita pasti sadar betul, bahwa tenaga kita tidaklah sekuat dan seluas pemerintah. Tapi, sebagai individu kita masih punya hal-hal kecil yang sangat berarti dalam menjaga bumi jika dilakukan secara konsisten dan bersama-sama.

1. Mengurangi Pemakaian Plastik

Tidak memakai plastik sama sekali adalah hal yang tidak mungkin. Tapi menggunakannya secara bijak bisa kita lakukan. Setidaknya gunakan plastik untuk pemakaian yang cukup lama, misal ember, lemari, meja, dll. Sementara untuk hal yang sifatnya sekali pakai, kita bisa ganti dengan yang lain. Contoh, kresek diganti tas kain, sedotan plastik diganti sedotan kertas atau stainless, bawa tumbler air minum sendiri, dll.

2. Menggunakan air secukupnya

Karena cadangan air tawar di bumi ini sangat terbatas, tentu menghemat air sangat berarti. Bukan berarti kalau mandi ga bersih juga ya. Setidaknya, saat memasak dan mencuci bahan makanan, ga perlu keran airnya dibuka terus-terusan. Gunakan juga air bekas pakai wudhu atau mencuci bahan makanan untuk hal lain, misal menyiram bunga supaya tidak mubadzir.

2. Memisahkan Sampah Plastik dari Sampah Organik

Jika biasanya kita suka memasukkan sisa nasi ke plastik lalu dibuang, coba sekarang diganti. Sisa nasinya dikasih ke kucing atau ikan, baru deh plastiknya dibuang ke tempat sampah untuk didaur ulang. Pemisahan sampah di Indonesia memang belum paripurna. Setidaknya dimulai dari diri sendiri dulu deh, biar nanti sistemnya disempurnakan kemudian. Sampah minyak juga setidaknya jangan langsung main buang ke sungai atau selokan. Ada banyak cara untuk membuat sampah minyak kita tidak mencemari air. Coba deh di Googling.

4. Ikut Kampanye Positif Mengenai Lingkungan

Setiap kata itu berharga. Jadi mulailah mencoba membagi pengetahuan tentang lingkungan pada orang lain bisa dengan tulisan, status, maupun vlog yang bisa membuat banyak orang tertarik. Orang tidak peduli bukan berarti tidak mau berkontribusi untuk lingkungan. Bisa saja informasi lengkap dan benar belum sampai pada orang tersebut. Jadi semangat teman-teman!

5. Berdonasi untuk Kegiatan Lingkungan

Jika kita ga punya waktu dan merubah kebiasaan tidak bisa instan, maka berdonasilah ke tempat atau komunitas yang peduli dengan lingkungan. Tidak melulu pakai uang kok. Ada juga dengan tenaga atau hanya dengan mendengarkan lagu saja. Misalnya saja, dengan mendengarkan lagu “Dengar Alam Bernyanyi” karya kak Laeilmanino. Di lagu ini kita bisa mendengar kolaborasi para penyanyi lainnya seperti HiV!, Sheila Dara dan Chico Jerikho. Mau tau lagunya? Intip ini ya…

Sumber: youtube.com/laelilmanino music

Cukup dengan mendengar, memutar lagunya dan menyebarluaskan informasi ini ke kenalan kamu, sudah bisa berdonasi untuk lingkungan. Lagu ini juga sudah ada di Spotify loh. Gampil banget kan.

Setiap kali kita mendengarkan lagu #DengarAlamBernyanyi, maka ada sebagian royalti yang disumbangkan untuk menjaga lingkungan kita, menjaga hutan Indonesia dan juga mendukung para ranger hutan di Indonesia. Jujur, ini adalah donasi yang paling ringan banget untuk kita lakukan.

Jadi, seperti saat saya membuat awal tulisan ini, kita mungkin ga suka jika harus tinggal di hutan. Tapi tanpa hutan, hidup kita tak nyaman. Dengan mengupayakan perlindungan hutan dan alam sekitarnya dalam bentuk sekecil apapun menjadi bukti rasa cinta kita menyelamatkan bumi yang kita tinggali. Suka engga suka, tidak ada bumi kedua. Jika bukan kita yang menjaga bumi, lantas siapa lagi? Ingat, kita yang pegang kendali. We born here, we live here, we will get back here.

Advertisement

Comments

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s