Nature · Opini

Serba Serbi Kebakaran Hutan Indonesia

Dunia sempat dibuat ketar-ketir manakala hutan Indonesia terbakar pada medio 2015 dan 2019. Bagaimana tidak, kebakaran terakhir berhasil melahap 1,6 juta Ha lahan dan hutan. Tajuk utama surat kabar nasional dan internasional ramai dengan berita Kebakaran Hutan Indonesia, lengkap dengan foto orang bermasker, langit kelabu dan kabut asap. Bahkan patung sekapur sirih kebanggaan Provinsi Jambi waktu itupun tak luput memakai masker sebagai bentuk protes. Kok bisa salah satu paru-paru dunia terbakar begitu hebatnya?

Sumber: solopos.com

Berbagai reaksi terhadap kebakaran waktu itupun sampai di ruang tunggu pesawat. Saya sempat menyaksikan betapa payahnya seorang frontline maskapai menghadapi aduan penumpang yang penerbangannya delayed. Waktu itu ruang tunggu penuh sesak seakan BTS akan konser disana. Sebagian orang yang tak sabar mulai panas dan melakukan konfrontasi. Pertanyaannya hanya satu, “Kapan pesawat kami bisa terbang?” Dengan wajah kusut masai petugas tersebut hanya bisa bilang, “Kami tidak bisa menentukan alam, kami tidak tahu”. Andaikan bapak tahu, tak semua kebakaran hutan disebabkan alam loh.

Siapa Pemicu Kebakaran Hutan?

Kebakaran hutan bisa terjadi setiap saat. Selalu saja ada faktor pemicu yang bisa membuat api melahap pepohonan. Contoh kecilnya saja, saat musim kemarau gesekan antar kayu yang menimbulkan percikan api bisa memicu kobaran dahsyat. Secara alami proses ini dapat membantu ekosistem untuk memulihkan diri. Ketika terbakar, ada beberapa benih yang tersebar secara tidak sengaja, terpelanting jauh dan pada akhirnya menjadi media untuk menyebarkan vegetasi. Selain itu, kebakaran yang terjadi secara alami bisa membantu memusnahkan hama tanaman dan membersihkan sisa tanaman yang menutup lapisan tanah.

Masalah timbul saat api ini bukan berasal dari kejadian alami. Faktanya kebakaran tetap terjadi meski sedang musim hujan. Karena itu, manusia dianggap menjadi salah satu aktor dibalik meluasnya kebakaran hutan.

Inilah yang diangkat dalam sesi gathering online bareng #EcoBloggerSquad pada 10 Juni 2022 dengan topik ” Cek Fakta Kebakaran Hutan dan Lahan”. Dipandu oleh Host Kak Ocha dan narasumber yang berpengalaman dari Auriga Indonesia, Kak Cecilinia Tika Laura, seorang Spatial dan Landscap Specialist.

Serba Serbi Kebakaran Hutan Indonesia-catatansicikal.com

Auriga Indonesia menyampaikan hasil analisa dari data hotspot dalam 19 tahun terakhir. Ternyata, pola kejadian hotspot terjadi juga pada bulan basah alias musim hujan. Kita mengetahui betul bahwa Indonesia mempunyai dua musim. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober- Februari, sedangkan musim kemarau dimulai dari Maret-September.

Serba Serbi Kebakaran Hutan Indonesia-catatansicikal.com
Sumber: Auriga Indonesia

Dari banyak hotspot tersebut sangat terlihat bahwa Provinsi yang paling sering mengalami kebakaran adalah wilayah Sumatera. Sebuah wilayah yang sangat familiar dengan perkebunan sawit dan karetnya yang masif. Jadi, apakah komoditas perkebunannyakah yang bermasalah? Tentu bukan ya sobat. Mari kita lihat lebih dekat lagi si pemicu kebakaran ini.

Lahan Gambut, Si Lahan Potensial yang Rawan Kebakaran

Indonesia mempunyai luas lahan gambut yang sangat luar biasa. Menurut data Central International Forestry Research (CIFOR), potensi lahan gambut di Indonesia terluas ke 4 di dunia sebesar lebih dari 22 juta Ha. Fungsi lahan gambut ini sangat vital dalam menyimpan cadangan karbon agar tidak terlepas berlebihan ke angkasa. Pelepasan karbon berlebihan yang kemudian bersenyawa dengan oksigen akan membentuk gas karbon dioksida dalam jumlah masif dan menyebabkan kenaikan gas rumah kaca.

Serba Serbi Kebakaran Hutan Indonesia-catatansicikal.com
Sumber: Auriga Indonesia

Sayangnya selama 20 tahun terakhir ini, sebagian besar titik panas api sebagai indikator kebakaran hutan, terjadi di lahan gambut. Anehnya, kejadian tersebut ada hampir di setiap bulan selain musim kemarau. Contohnya Riau yang kasusnya muncul mulai dari awal tahun. Sementara titik panas yang terjadi di Papua dimulai dari tengah sampai menuju akhir tahun.

Dampak Negatif Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut

Jika di awal tadi saya sempat bercerita tentang dampak positf kebakaran hutan, ternyata dampak negatifnya malah lebih banyak:

1. Kebakaran hutan akan mempengaruhi kesehatan yang ujungnya mengakibatkan dampak pada perekonomian

Bayangkan jika semua orang terkena ISPA, jalan lumpuh total karena penglihatan pengendara sangat terbatas, dan proses produksi produk terhambat yang pada akhirnya menyebabkan inflasi. Bahkan KERUGIAN EKONOMI Indonesia pada tahun 2015 ditaksir sebesar 221 triliun rupiah!.

2. Banyaknya flora fauna yang kehilangan habitatnya

Jangan heran jika banyak kera, harimau, dan binatang liar hutan lainnya yang turun gunung karena rumahnya tidak bisa lagi ditempati.

3. Indonesia kehilangan potensi wisata dan turis asing

Saat kebakaran hutan terjadi, maka banyak pesawat yang mengangkut turis asing yang gagal masuk. Alhasil, tidak banyak penerimaan negara yang datang dari sektor wisata pada waktu kabut asap terjadi.

4. Semakin berkurangnya lahan gambut, Semakin subur kebakaran

Yang paling menyedihkan adalah meskipun wilayah gambut bisa menyerap karbon 12 kali lebih banyak dari hutan, lebih dari 50 % kebakaran banyak terjadi di wilayah gambut. Saat lahan gambut pernah terbakar, maka kebakaran yang kedua kalinya akan sangat mudah terjadi.

Serba Serbi Kebakaran Hutan Indonesia-catatansicikal.com
Sumber: Auriga Indonesia

5. Berkurangnya tempat penyimpanan air

Saat berjalan di atas lahan gambut, kita bisa merasakan bahwa lahan tersebut sangat jenuh air. Hal ini menjadi keuntungan bagi ketersediaan sumber daya air tawar. Saat lahan gambut terbakar, otomatis tutupan lahan akan menjadi kering kerontang.

6. Meningkatnya Emisi Karbon

Ketika lahan gambut kering kerontang, maka simpanan karbon yang tadinya ada di dalam tanah akan berbaur dengan oksigen dan terlepas ke udara bebas sebagai karbondioksida. Gas karbon dioksida merupakan penyumbang terbesar, sekitar 65% dari karbon pembentuk gas rumah kaca. Jadi jangan heran saat kebakaran hutan terjadi, hawa udara menjadi lebih panas dan sumuk.

Kebakaran Hutan dan Lahan Merupakan PR bersama

Sobat, kerugian materiil dari kebakaran hutan dan lahan gambut tidak berhenti saat api yang melahap bisa dipadamkan. Proses pemulihan lahan akibat kebakaran sangatlah lama. Belum lagi keberagaman hayati dan hewani untuk spesies langka sudah punah termakan api.

Jika kita melihat dari kacamata ekonomis, memang dalam beberapa hal ada yang harus dikorbankan untuk mendapat yang lebih banyak. Contohnya, pembuatan sekat kanal untuk mengeringkan gambut dianggap lebih praktis dan murah dari sisi perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Begitupun dengan aksi perusahaan yang menanam satu komoditas tertentu dalam jumlah besar, bisa saja memberikan pendapatan negara dan menaikkan PDRB.

Namun, ada satu hal yang terlupa bahwa kerusakan yang terjadi jauuuh lebih besar dan mempunyai efek domino ke berbagai sektor lainnya. Waktu pemulihan ke semula pun tidak bisa terjadi secara instan. Dalam proses menunggu menjadi normal kembali tersebut, populasi manusia Indonesia bertambah, kebutuhan akan sandang, pangan dan papan pun semakin naik.

Disinilah peran pemerintah, swasta dan masyarakat bergandeng tangan memecahkan masalah ini secara bersama-sama. Pemerintah membuat regulasi dan merapikan kepentingan ekonomi yang sejalan dengan keberlanjutan ekosistem. Swasta dengan jargon profitnya juga semestinya berkontribusi dalam hal perlindungan lingkungan karena pada dasarnya alamlah satu-satunya tempat yang menjadi sumber penghidupan. Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai individu?

Aksi Kecil Kita untuk Mencegah Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut

Sebagai masyarakat kecil mungkin wewenang kita jauh lebih lemah dibandingkan pembuatan regulasi negara. Tapi, bukan berarti kita tidak bisa melakukan sesuatu. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan gambut:

Pertama, Saat berada di alam liar, bertanggungjawablah dengan apa yang kita bawa dan apa yang kita tinggalkan. Ada satu pepatah para anak mapala, “Jangan ambil apapun kecuali gambar, Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak, Jangan bunuh apapun kecuali waktu”. Cukup jejak saja ya dan foto-foto sepuasnya. Sampahnya kita bawa pulang dan buang di tempat yang seharusnya.

Kedua, Berhati-hatilah dengan api. Saat musim kemarau, percikan kecil dari abu rokok bisa saja menjadi penyebab kebakaran. Jika kamu anak pramuka atau anak senja yang suka sekali berkemah, maka pastikan api bekas berkemahmu sudah dipadamkan dengan sempurna. Selalu ikuti tanda peringatan yang ada di sekitar hutan terutama yang berkaitan dengan api.

Ketiga, Tidak menyalakan mesin di dekat semak kering. Kadangkala panas kendaraan yang lama dihidupkan lambat laun bisa membakar semak rendah yang sudah kering.

Keempat, Tidak membuang sampah mudah terbakar secara sembarangan. Tabung gas dan parfum yang sifatnya mudah meledak sangat rentan menimbulkan kebakaran. Makanya, sampah ini tidak boleh dibuang asal apalagi di hutan atau lingkungan hutan dengan tumbuhan kering.

Kelima, Ikut mensosialisasikan dan mengikuti komunitas yang bergerak dalam perlindungan hutan dan alam. Contohnya saja dengan mengikuti kegiatan Eco Blogger Squad dan Blogger Perempuan dengan banyak agenda positif tentang lingkungan. Semakin banyak orang yang membicarakan hutan serta dampaknya pada kehidupan kita, maka orang-orang akan semakin peduli dan mulai tergerak. One step to move together.

Tidak ada yang tidak mungkin jika semua diniatkan dengan lurus dan dilaksanakan dengan penuh rasa cinta. Kita cinta Indonesia, kita jaga hutannya, dan hutan akan menjaga kita. InsyaAllah.

Referensi:

https://auriga.or.id

https://www.cifor.org

https://republika.co.id/berita/nzms82359/bnpb-catat-kerugian-akibat-kebakaran-hutan-2015-rp-221-triliun

8 tanggapan untuk “Serba Serbi Kebakaran Hutan Indonesia

    1. Kebakaran hutan ini emang isu penting. Kalau udah kejadian, asapnya bikin polusi dan jadi masalah baru yakni isu kesehatan. Saudara saya pernah sebulanan pakai masker waktu kebakaran hutan beberapa tahun lalu. Asapnya juga nyampai negara tetangga.

      Suka

  1. Nice article ka.. aku suka dengan tulisan mendalam begini dan harapku tulisan semacam ini bisa viral dan menggugah siapapun yang masih suka meng eskploitasi alam tanpa tanggung jawab

    Suka

  2. Pernah lihat berita kebakaran hutan di Australia, sedih lihat beberapa hewan yang kelihatan kebingungan lihat tempat tinggalnya hilang. Kita harus bisa menjaga alam untuk kehidupan flora dan fauna juga manusia

    Suka

  3. Sebagai warga Sumatera saya turut sedih dan prihatin dengan banyaknya catatan kebakaran hutan di Indonesia itu terbanyak dari pulau Sumatera.
    Perlu banyak kesadaran bagi masyarakat dan tentunya regulasi ke pemerintah agar menindak tegas kasus kebakaran ini. Urusan menyelamatkan bumi memang menjadi kewajiban kita semua

    Suka

  4. Sedih banget kalau denger kabar atau baca berita kebakaran hutan. Padahal hutan adalah tempat kita semua bergantung. Mulai dari ketersediaan air, udara yang bersih, sampai sandang, pangan, dan papan.

    Sudah seharusnya kita semua menjaga hutan, bukan merusaknya untuk kepentingan tertentu.

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Enny Mamito Batalkan balasan