Indonesia · Opini · Review · Traveling

Asyik Ngetrip Bersama MRT Jakarta

Hai reader, minggu lalu saya sempat nyoba moda transportasi yang lagi ngehits di Jakarta nih, namanya MRT (Mass Rapid Transit) atau diadaptasi secara lokal sebagai Moda Raya Terpadu.

Awalnya saya ga begitu ngeh kalau Jakarta sudah punya MRT. Selama ini kalau orang nyebut MRT, hal yang muncul pertama kali adalah Singapura atau Jepang. Betapa kerennya Indonesia, khususnya Jakarta yang mulai berbenah dalam transportasinya dan belajar dari negara maju. Beruntung saya ga melewatkan kabar uji coba MRT GRATIS selama seminggu, mulai dari tanggal 12 sampai 26 Maret 2019, (credit to my friend Hain yang sudah menyebar virus ingin tahu MRT secara gretongan 😆). Soalnya tarif MRT sampai sekarang belum ketahuan, jadi mumpung belum resmi dibuka, saya tertarik untuk menjelajah jalur MRT sampai selesai bareng teman-teman yang sama antusiasnya.

Perjalanan pun dimulai

Setelah mencari informasi soal rute MRT, kami memutuskan untuk memesan MRT lewat website ujicobamrt dan memilih Lebak Bulus jadi ending point.  Jadwal di tiket tertera scan terakhir adalah 15.30, agak sangsi juga sih pada awalnya karena kami semua baru bisa naik kereta pukul 14.30 dari Depok. Alhamdulillah sampai di depan stasiun MRT Lebak Bulus, petugasnya bilang kalau jadwal terakhir naik ujicoba MRT bisa sampai jam 5 sore.

Perjalanan menuju Lebak Bulus memang tidak pernah mudah kawan. Secara commuter Line Jakarta dari Depok menuju Jakarta Kota selalu penuh, berdiri selama hampir setengah jam menjadi hal yang ga bisa dihindarkan. Salut banget lah sama para commuter yang pulang pergi tiap hari demi aktivitasnya.

Sesampainya di Stasiun KRL Dukuh Atas, kami pun keluar dan berjalan kaki sebentar menuju Stasiun MRT Dukuh Atas. Sepanjang jalan masih terlihat perbaikan pedestrian. Tapi selintas saya merasa bahwa pembenahan ini bakal keren banget, ambiancenya sudah terasa seperti di Osaka dengan adanya bangunan tua dan juga papan iklan digital. Mudah-mudahan saja bisa terwujud.

Di depan pintu masuk stasiun, petugas memastikan apakah kami sudah mempunyai tiket MRT berbarcode atau belum. Lalu kami pun mulai menuruni escalator ke underground stasiun MRT.

Terdapat dua orang petugas yang mengecek tiket kami lalu memberikan tanda bahwa kami bisa masuk dengan stiker bulat kecil berwarna biru. Ini hanya saat uji  coba saja sih, belum tahu saat sudah peresmiannya nanti.

Apa yang Sudah dan Masih Perlu Dibenahi dari MRT?

Jadi, saat mulai melangkah masuk stasiun MRT, saya sudah mulai merasakan suasana transportasi ala luar negeri. Tentunya dengan beberapa catatan.  Apa saja ya?

1. Air Condotioner yang belum optimal

Saya mulai kipas-kipas sambil menunggu kereta datang selama beberapa menit. Waktu tunggu kereta memang tak lama, sekitar 5 menit. Namun karena penumpang banyak dan letak ruangan di bawah tanah, seharusnya AC harus terus dalam keadaan on. Semoga saja setelah peresmian nanti fungsi AC akan terus diperhatikan.

2. Tempat duduk belum merata

Saya masih menemukan kurangnya tempat duduk di beberapa stasiun MRT atau bahkan tidak ada sama sekali. Keberadaan kursi memang kadang membuat sempit tata ruang, namun kasihan juga kalau ada penumpang yang sudah lanjut usia dan mulai pegal saat menunggu kereta datang. Mungkin bisa saja desain kursinya dibuat unik, atau nempel ke beberapa tiang penyangga untuk menambah keartistikan desain interior.

3. Penunjuk arah yang masih minim

Dari segi jumlah sebetulnya sudah ada namun belum banyak dan belum terlalu eye catching. Jadi seperti arah menuju mushala saya mesti bertanya pada petugas yang ada.

4. Budaya antri yang belum paripurna

Kalau sebelumnya soal fisik dan desain interior MRT, sekarang dari sisi para penumpangnya. Saya ga menampik bahwa pemahaman mengantri di Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Buat teman-tempat yang tinggal lama di negara terkenal disiplin seperti Jepang atau Singapura, mungkin akan merasa asing melihat pemandangan para penumpang kereta yang tak jauh beda dengan para atlet American Football, yang siap menerjang apapun begitu pintu kereta dibuka.

Padahal tanda antri sudah ada di lantai. Belum lagi yang banyak tersebar di internet soal orang tidur berbaring di tempat duduk atau gelantungan di kereta. Semoga ke depannya tak cuma moda transportasi yang diperbarui, tapi mindset disiplin dan merawat fasilitas publik juga semakin ditingkatkan. Kalau tidak dari sekarang kapan lagi ya kan?

5. Fasilitas difabel

Saya sangat senang begitu melihat lift. Itu artinya pembangunan MRT juga memahami kebutuhan para disabilitas dan lansia. Hanya satu yang belum saya temukan adalah eskalator yang dilengkapi fasilitas difabel. Saya pernah menemukan ini di Jepang. Jadi di eskalator nanti kursi roda bersama penumpangnya diangkut menggunakan remote yang dijalankan petugas. Petugasnya pun sigap menangani.

Pembangunan tidak pernah instan. Dibutuhkan waktu untuk melakukan perombakan tidak hanya fisik namun juga mental dari para penumpangnya. Harapan saya sih semoga ke depannya Indonesia semakin maju. Semoga perkembangan infrastruktur tidak terpusat hanya di kota besar saja tapi juga merata sampai ke pelosok daerah.

Ngetrip irit bareng ujicoba MRT ini menambah lagi referensi tempat di Jakarta. Saya juga mendapatkan spot cantik untuk berfoto ria. Dan juga langit menakjubkan dimana saya sempat tertegun sesaat. Ketika semua perjalanan usai dan semua harus berangkat. Apa yang tertinggal dan apa yang bisa diangkut pulang?

Comments