BPN Ramadhan 2021 · Opini

#7: Target di 2021?

Setiap orang mempunyai cara dalam membuat target yang ingin dicapainya. Ada yang membuatnya dalam jurnal khusus, ada yang menempelnya di dinding kamar, bahkan ada yang tidak membuatnya sama sekali. Saya sendiri tak pernah menuliskan target yang ingin dicapai dalam hidup secara tertulis. Biasanya apa yang saya inginkan lebur dalam do’a seusai shalat, bahkan saat saya terbengong-bengong dalam perjalanan.

Tapi saya sempat menuliskan beberapa target saat pelatihan pra jabatan beberapa tahun yang lalu. Itupun tidak istimewa. Hanya secarik kertas karena diminta instruktur waktu itu. Lalu dibacakan lantang di depan kelas. Isinya, ternyata apa yang sempat saya tulis beberapa tahun lalu masih ada yang relevan sampai sekarang. Sebagian yang saya katakan dengan lantang tapi malu-malu kucing di depan kelas pun, alhamdulillah, sudah ada yang terwujud. Tidak semua berhasil tercapai tentunya. Saya mengistilahkan target pada waktu itu sebagai Homebase. Titik mula dari perjalanan selanjutnya.

Target adalah titik harapan yang ingin kita tuju. Dalam perjalanannya ada saja yang membuat titik ini berpindah menjadi lebih dekat atau malah lebih jauh dari yang sudah dibuat. Kadang malah tergantikan dengan titik target lain yang dirasa lebih penting. Saya tak pernah menyesali setiap pencapaian sekecil apapun. Contohnya saja, dari yang awalnya tidak piawai memasak, sekarang sudah lumayan bisa lebih percaya diri untuk sekedar bilang enak. Bukankan dari yang tidak tahu menjadi tahu juga sebuah pencapaian?

Bahkan untuk hal yang bersifat materiil pun adalah sebuah prestasi. Beberapa teman senior di kantor bahkan suka berkelakar mengenai target hutang yang harus dilunasi di tahun berikutnya. Tak ada yang berlebihan sama sekali. Bahkan saya pun mempunyai target materiil dimana saya ingin merenovasi rumah milik mama. Ya…mudah-mudahan saja ya semua harapan ini terwujud di tahun 2021.

Dari ke sekian poin homebase, sebetulnya ada satu target yang lambat laun berubah perspektifnya. Dahulu saya menyebutnya target, sekarang saya menyebutnya oase. Karena istilah target menjadi terlalu mentah maknanya menurut saya saat ini. Dahulu saya merasa bahwa target ini akan membawa saya menjadi lebih baik, sehigga harus dipercepat. Namun tidak dengan sekarang. Oase inilah yang disebut pernikahan. Sesuatu yang menjadi candaan di setiap tahun dengan kata “Kapan?”.

Dulu saya khawatir sekali dengan pertanyaan ini yang bahkan orang tak kenal sekalipun seakan mempunyai otorisasi untuk membuat penilaian. Lambat laun, ketakutan ini berubah menjadi sebuah perenungan, dan perenungan berubah menjadi sebuah kedamaian. Dalam pergumulaan mencari jawaban tepat untuk kata kapan, saya seringkali banyak belajar bahwa oase ini bukan tentang menjadi yang tercepat ditemukan. Karena yang tercepat pun ada pula yang tumbang atau terseok-seok dalam perjalanan. Ada yang lelah lalu mencari pelarian. Ada juga yang bertahan sampai akhir tujuan.

Tapi saya juga belajar bahwa orang-orang yang butuh waktu lama dalam mencari oase ini pun tak luput dari hal-hal tersebut. Jadi, sejatinya ini bukanlah target melainkan pertemuan takdir seorang pejalan dalam menemukan tempatnya meredakan dahaga. Apakah ia akan menetap di oase tersebut atau tidak adalah perjalanan berikutnya yang tak kalah misterinya.

Terlepas dari hal-hal tersebut, banyak juga yang membuat target yang dicapainya dalam waktu dekat. Bahkan target terdekat saya adalah lulus dan wisuda di tahun 2021. Setelahnya, mungkin saya bisa sedikit demi sedikit mulai menambahkan hal lainnya. Mungkin oase adalah salah satunya hehe….

Advertisement

Comments

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s