Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi waktu setempat. Pas sekali untuk memulai keberangkatanku menuju Pulau Enoshima. Sebuah pulau yang letaknya relatif dekat dari Tokyo. Hanya sekitar 1,5 jam perjalanan dengan kereta dari Shinjuku sudah bisa sampai ke pulau kecil nan cantik ini.
Tak banyak yang tahu kalau Pulau Enoshima adalah pulau yang baru muncul ke permukaan pada abad ke-6. Sejarah ini berkaitan erat dengan legenda dan kepercayaan masyarakat setempat terhadap Benzaiten, dewa musik dan hiburan yang dipercaya sebagai penyebab keberadaan Pulau Enoshima.
Dari segi sains, mungkin kurang lebih hampir mirip dengan proses pembentukan wilayah di Ciletuh, Jawa Barat. Sebuah proses morfogeologis yang pada akhirnya membentuk sebuah pulau. Pastinya saya lebih memahami alasan terakhir.
Ada banyak alasan kenapa saya melakukan perjalanan ke Enoshima. Pulaunya cantik, tidak terlalu luas untuk dijelajahi dalam satu hari, dekat dari Tokyo, dan paling penting (menurut saya) kontur alam di Pulau Enoshima mengingatkan saya dengan vibes anime Inuyasha. Tentu saja bukan bagian para silumannya ya ^_^.
Persiapan Menuju Pulau Enoshima
Menuju pulau ini bisa menggunakan kapal feri, tapi bagi kalian yang tak begitu menyukai perjalanan laut, maka kereta menjadi opsi terbaik. Pada waktu tertentu biasanya ada penawaran tiket terusan yang terbilang bisa menghemat beberapa ratus yen khususnya bagi pengguna Odakyu Line. Sayang, waktu saya datang ke pusat turis di Stasiun Shinjuku, tiket Eno-Kamakura Pass sudah berakhir.
Hanya saja saya tak begitu sedih karena memang tak ada niatan untuk pergi ke Kamakura. Target satu hari pastinya cukup melelahkan jika harus menyisir beberapa spot dari Enoshima sampai Kamakura.
Saya lebih memilih menikmati keindahan Enoshima seharian penuh. Akhirnya saya membeli tiket Eno Pass saja dengan harga 1000 yen. Kalian bisa membeli tiketnya secara online di website Enoden atau langsung membelinya di pusat turis Stasiun Shinjuku.
Apa keuntungan membeli Eno-Pass? Saya bisa menghemat tiket masuk ke beberapa spot di Enoshima seharian penuh seperti Enoshima Escar, Iwaya Cave, Enoshima Sea Candle, dan Enoshima Samuel Cocking.
Selain tiket terusan, hal yang tak kalah penting lainnya adalah kostum saat bepergian. Pilihan sepatu atau sendal gunung yang fleksibel tentunya akan membuat nyaman perjalanan.
Tak lupa juga untuk membawa payung dan kacamata karena walaupun saat itu sudah memasuki awal musim gugur, cahaya matahari yang terik masih terasa menusuk tulang. Untuk datang ke pulau ini memang paling cocok di musim panas maupun menjelang musim gugur. Langit biru Enoshima akan terlihat lebih cantik saat di kedua musim ini.
Spot Asyik di Enoshima
Saat sampai di Stasiun Katase-Enoshima, satu hal yang menarik perhatian saya adalah jembatan penghubung menuju pulau yang cukup panjang untuk dilalui oleh pejalan kaki. Karena itu, kenyamanan alas kaki memang paling utama. Sebenarnya ada juga penyewaan speedboat, tentu saja bagi yang mahir bisa mengambil opsi ini dan langsung pergi ke Iwaya Cave tanpa harus berpayah-payah berjalan di bawah teriknya matahari.
Keluar dari stasiun, tepat di ujung jembatan terdapat kios kecil yang difungsikan sebagai pusat informasi turis. Sebetulnya di tempat ini kita bisa menumpang shalat dengan cara meminjam ruangan.
Sayang sekali, rupanya pusat informasi yang dimaksud adalah cabang ke dua dan berada jauh di seberang jalan satunya lagi. Karena waktu shalat masih lama, maka sambil berjalan kaki di jembatan penghubung untuk menikmati pemandangan sungai Katase dan teluk Sagawa, saya dan teman memutuskan untuk segera mengisi perut yang sedari tadi keroncongan.
Untungnya saya sudah mencari informasi mengenai restoran yang terbilang nyaman dan ada pilihan vegannya. Island Grill, sebuah restoran yang mempunyai pemandangan cantik menghadap lautan. Letaknya tepat di lantai 4F dan satu bangunan fisik dengan Enoshima Island Spa dan Enoshima hotel.
Adakalanya pandemi juga membuat perjalanan saya nyaman karena tak begitu banyak turis sehingga spot tempat duduk yang memandang lautan cantik pun tak penuh.
Satu hal yang paling berkesan di restoran ini adalah kebaikan pelayanannya yang memperbolehkan saya meminjam salah satu sudut ruangan untuk shalat. Mungkin karena waktu itu restorannya juga sedang sepi pengunjung makanya diperbolehkan tapi tetap hal ini adalah nilai plus untuk saya.
Setelah selesai “mengamankan” perut, perjalanan pun berlanjut menuju spot asyik lainnya di Pulau Enoshima. Jika mengambil jalan ke arah kanan dari pintu keluar restoran, maka kita akan bertemu dengan gerbang berwarna kehijauan. Sepanjang jalan yang menanjak, terdapat pertokoan di kiri dan kanan jalan yang menawarkan beragam camilan hewan laut khas Enoshima.
Terdapat undakan yang semakin menanjak menuju Enoshima Shrine. Bagi para pendaki ulung, undakan tangga yang panjang menuju puncak pastinya menggiurkan. Namun saya lebih memilih Escar saja daripada pulang dengan kaki gempor. Lagipula saya mempunyai Eno Pass yang membuat saya tak perlu membayar apapun.
Saya pun mengeluarkan Eno-Pass sebagai tiket masuk menuju Escar, sebuah eskalator ramping yang membantu para turis “malas” seperti saya untuk menuju ke bagian atas pulau. Setelah sampai di puncak eskalator, sebuah poster bergambar tako (gurita) lucu sudah menyambut saya.
Rupanya saya masih harus berjalan kaki beberapa menit dan naik Escar sekali lagi sampai akhirnya sampai tepat di depan sebuah kuil yang termasuk 3 kuil Benten terbesar di Jepang. Kuil lainnya terletak di Miyajima, Hiroshima (Itsukushima Shrine) dan juga Lake Biwa (Chikubushima Shrine). Bagi yang penasaran seperti apa dalamnya bisa saja masuk dengan membayar sekitar beberapa ratus yen. Tapi karena saya tak begitu tertarik jadi dilewatkan saja.
Baca juga: Miyajima, Pulau Kecil yang Menawan
Ada banyak spot berfoto asyik dan juga area untuk melihat pemandangan laut dan kota Enoshima dari atas. Kita bisa melihat barisan yacht yang berjejer rapi dan juga jembatan penghubung pulau yang sudah dilewati. Bagi yang tidak membawa tongsis jangan khawatir, pihak pengelola rupanya sudah menyediakan tiang penyangga foto sehingga kita bisa berfoto tanpa meminta bantuan orang lain.
Tak jauh dari kuil utama, sambil berjalan mengikuti jalan setapak menuju taman bunga, kita bisa melihat banyak sekali Ema yang tergantung. Ema adalah papan kayu kecil yang berisi do’a atau permohonan para penganut Shinto. Terdapat pula satu spot Ema berbentuk love berwarna merah jambu yang biasanya diperuntukkan bagi para pencari pasangan maupun yang sudah berpasangan supaya langgeng (katanya).
Akan ada banyak kuil yang kita temukan selama perjalanan selanjutnya. Banyak sekali simbol naga di kuil maupun sepanjang perjalanan. Tentu saja lagi-lagi kembali pada legenda dan kepercayaan setempat.
Ingat tentang vibes Inuyasha yang saya bilang sebelumnya? Nah, banyak jalan setapak menuju kuil yang mengingatkan saya pada adegan Kagome maupun Kikyo yang lagi menyapu halaman. Sayang saya tak sempat melihat adanya para Miko atau Shrine Maiden di tempat tersebut.
Perjalanan selanjutnya di Iwaya Cave dan destinasi lainnya saya lanjut di part 2 ya. Stay tuned!
Masya Allah bagus banget tempatnya! Mimpiku banget bisa mengunjungi Jepang! Untung dibolehkan sholat ya mba, jadi perjalanannya lebih tenang 😃
SukaSuka
Iya mba makanya seneng banget waktu ada spot yang nyaman buat shalat jg 😁
SukaSuka
Tahu aja ih, kendala para turis tuh ya foto. Baik deh pengelola tempat wisata yang menyediakan tiang penyangga foto. Asli “niat” banget 😄👍 Keren banyak spot foto, aaah senangnya baca tulisan ini berasa lagi ke Jepang 😍
SukaSuka
Keren banget mbak. Pasti kalau berkunjung yang dicari adalah spot-spot foto. Di sana pengelola tempat wisatanya baik ya 👍 Sampai menyediakan tiang penyangga untuk selfie 😍 ide bagus
SukaSuka
Iya ka…apalagi klo kita orangnya sungkanan untuk minta tolong motoin ke orang lain yg g dikenal
SukaSuka
Wahh…. kakak tinggalnya di tokyo yak. Duh suka kepengen juga traveling ke luar negeri. Ntw enoshima adem banget ya liat dari foto2nya
SukaSuka
Sy tinggal di Kobe ka cm ada kesempatan ke Tokyo jadi mampir dulu ke Enoshima 😊
SukaSuka
Senengnyaa mba explore jepang tanpa banyak turis, kangenn jepang😭😭 kapan ya jepang buka buat turis.
Semoga sehat selalu ya mbakuu
SukaSuka
Iya mb…sampai saat ini border Jepang memang masih limited untuk student tertentu dan diplomat aj. Saya juga pengen kesana lgi klo kran turis dibuka kembali 😆
SukaSuka
Tempatnya baguuuus banget yaaaa. Jadi pengin nabung buat liburan ke Jepang. Ini kayaknya tempat liburan yang masuk anti-mainstream ya. Saya suka Jepang yang masif membangun infrastruktur transportasi ke pulau-pulaunya.
SukaSuka
Semoga sesegera mungkin bisa tercapai ka. Betul, pembangunan infrastruktur yg merata inilah yg perlu diteladani
SukaSuka
Mau banget bisa jalan2 ke jepang..
SukaSuka
Bisa ka tak ada yang tidak mungkin. Hal pertamanya covid selesai dulu biar border kembali normal 😊
SukaSuka